Rabu, 02 Maret 2011

Keanekaragaman Hayati

A. Konsep Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.

1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu makhluk hidup. Gen-gen membentuk molekul rantai ganda terpilin yang disebut DNA. Susunan gen (genotip) akan mengekspresikan sifat individu (fenotip). Genotif merupakan sifat yang tidak tampak dan terdiri atas susunan gen. Fenotif merupakan sifat yang tampak dari luar dan merupakan interksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan. Contohnya:

1. kelapa menunjukan adanya variasi bentuk perawakan dan buah. Misalnya : kelapa gading, kelapa hijau, kelapa kopyor, dan kelapa Hibrida

2. rambutan menunjukan adanya variasi bentuk buah, warna kulit buah, dan ukuran buah. Misalnya: rambutan batuk, rambutan antalagi, rambutan garuda dsb.

2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis

Keneanekaragaman hayati tingkat jenis memperlihatkan adanya variasi betuk, penampilan, jumlah, dan sifat lain antara satu jenis dengan jenis yang lain dengan jelas. Variasi pada tingkat jenis disebabkan jumlah, bentuk, dan susunan kromosom berbeda, vaktor lingkungan hibridasi, dan mutasi kromosom.

Contohnya:

1. Dalam kelompok palem-paleman terdapat siwalan(lontar), kelapa, aren, dan pinang. Ini memperlihatkan adanya variasi bentuk batang, daun, buah dan habitatnya.

2. Dalam kelompok burung(aves) terdapat itik, ayam, merpati, burung perkutut, burung jalak dsb. Ini memperlihatkan adanya variasi penampilan, bentuk, perawakan, suara dan warna bulu.

3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem

Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler)sampai makhluk hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dankelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor kimia,seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral.

Baik komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam . Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antarakomponen biotik dengan komponen abiotik pun bervariasi pula.

Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalumelakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman tingkat ekosistem adalah perbedaan letak geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentukekosistem.

B. Keanekaragaman Hayati Indonesia

Keanekaragaman hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya beberapa variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifatnya yang terlihat pada berbagai tingkatan makhluk hidup. Indonesia memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Indonesia merupakan Negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati tertinggi kedua setelah Brazil. Taksiran jumlah spesies kelompok utama makhluk hidup adalah sebagai berikut:

Hewan menyusui : 300 spesies

Burung : 7500 spesies

Reptil : 2000 spesies

Tumbuhan biji : 25000 spesies

Paku-pakuan : 1250 spesies

Lumut : 7500 spesies

Ganggang : 7800 spesies

Jamur : 72000 spesies

Bakteri & Ganggang hijau biru : 300 spesies

Penyebaran Keanekaragaman Hayati

1. Penyebaran Flora Indonesia

Indonesia termasuk dalam kawasan Malesiana yang terdiri atas Indonesia, Filipina, Semenanjung Malaya, dan Papua Nugini. Berikut ini akan diuraikan penyebaran flora di Indonesia.

a) Daerah Hutan Hujan Tropis

Di Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi dan sedikit Jawa Barat bagian selatan.

Ditumbuhi beragam jenis pohon besar dan kecil dengan ketinggian mencapai 60 m.

Antara lain kamper, eboni, meranti, dammar, kemenyan dan rotan.

b) Daerah Hutan Musim

Di pulau Jawa.

Ditumbuhi oleh pohon jati dan cemara.

c) Daerah Sabana

Di Madura dan Dataran Tinggi Gayo (Nangroe Aceh Darussalam).

Ditumbuhi rumput yang dikelilingi semak-semak

d) Padang Rumput (Stepa)

Di pulau Sumba, Sumbawa, Flores, dan Timor.

Wilayah ini umumnya memiliki padang rumput yang luas dan daerah terkering terdapat di Lembah Palu yang hanya ditumbuhi oleh kaktus.

2. Penyebaran Fauna di Indonesia

Penyebaran fauna di Indonesia berkaitan dengan garis Weber dan garis Wallace. Garis Weber membentang dari sebelah timur Sulawesi ke selatan hingga Pulau Aru. Garis Wallace memanjang mulai selat Lombok ke utara melewati selat Sulawesi dan Philipina selatan.

a) Fauna Indonesia Barat

Meliputi pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Faunanya khas Oriental (Asiatis). Banyak spesies mamalia besar dan primata (kera) seperti banteng, harimau, gajah Jawa, orangutan, bekantan, dan spesies burung berwarna sedikit yaitu jalak Bali.

b) Fauna Indonesia Timur

Meliputi pulau Irian (papua), Maluku, dan pulau-pulau sekitarnya. Faunanya khas Australialis. Banyak spesies mamalia berkantung seperti kangguru, mamalia berukuran kecil seperti koala, kuskus, opossum, walabi, bandikot, burung dengan warna beragam seperti cendrawasih, kakaktua, kasuari dan lain-lain.

c) Fauna Indonesia Tengah

Meliputi pulau Sulawesi, Nusa Tenggara (P.Lombok, P.Sumbawa, P.Flores, dan P.Timor) dan pulau di sekitarnya. Merupakan daerah peralihan oriental dan Australia. Faunanya tipe peralihan (Asia-Australia). Contoh faunanya adalah babirusa, komodo, anoa, kuskus, opossum, kukang, kera Macaca dan lain-lain.

3. Fauna-Flora Endemik

Definisi dari spesies endemik adalah spesies lokal, unik, dan hanya dapat ditemukan di daerah atau pulau tertentu. Sekitar 65% fauna di kepulauan Mentawai (pantai barat Sumatera) yaitu di pulau Siberut, merupakan spesies primate yang endemik. Misalnya Macaca pignensis, Simias concolor, Bilou (Hylobates klosii), dan Presbytis potenziani. Mamalia lain yang digolongkan sebagai spesies endemic adalah lima jenis tupai, yaitu Callosciurus melanogaster, Lariscus obscures, Sundasciurus fraterculus, Lomy sp. dan Hylopetes spora.

Fauna lain yang hanya terdapat di Indonesia adalah badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) yang endemik di Ujung Kulon, tangkasi (Tarsius spectra), burung maleo, dan anoa (Bubalus depressicornis) endemik di Sulawesi.

Sedangkan flora endemiknya antaralain Rafflesia arnoldi endemik di Bengkulu, Sumatera Barat dan Jambi, Rafflesia borneensis endemik di Kalimantan dan matoa (Pometia pinnata) serta buah merah yang endemik di Papua.

4. Fauna-Flora Langka

Antara lain badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus), badak Sumatera, harimau Sumatera, orangutan Sumatera, orangutan Kalimantan, bekantan (Nasalis larvatus), jalak bali cendrawasih, burung maleo, kakaktua raja (Probosciger aterrimus), kasuari dan penyu hijau (Chelonia mydas). Floranya adalah Rafflesia borneensis, Rafflesia arnoldi, matoa, pohon cendana, gandaria, dan sebagainya.

C. Manfaat Keanekaragaman Hayati

1. Untuk bahan pangan

Padi, jagung, sagu dan umbi-umbianmerupakan sumber karbohidrat. Berbagai jenis buah-buahan dan sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Demikian pula berbagai hewan ternak merupakan sumber protein hewani.

2. Untuk bahan obat-obatan

Tanaman obat-obatan terutama berasal dari famili Zingiberaceae, seperti jahe,kunyit, lengkuas, kencur dan temulawak digunakan sebagai obat-obatan.

3. Untuk bahan industri dan bangunan

Tumbuhan dapat digunakan sebaga bahan baku industri kertas, pakaian, dan wewangian. Contohnya Gaharu yang digunakan sebagai bahan wewangian yang mahal.

4. Untuk fungsi ekologi

Tumbuhan mampu menghasilkan oksigen yang dibutuhkan untuk pernapasan organisme melalui proses fotosintesis. Beberapa jenis serangga seperti kupu-kupu dan lebah bermanfaat dalam penyerbuan tanaman.

5. Untuk keindahan

Berbagai jeni tumbuhan digunakan sebagai tanaman hias. Beberapa jenis hewan juga dimanfaatkan manusia karena keindahan bulunya atau kemerduan suaranya, misalnya burung.

6. Sebagai bahan untuk penelitian

Penelitian kedokteran sering kali menggunakan hewan percobaan. Misalnya kelinci dan tikus yang digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu obat.

7. Sebagai sumber plasma Nutfah

Hewan, tumbuhan dan mikroba yang bersifat unggul dapat dibudidayakan untuk memberi manfaat bagi masyarakat Indonesia. Plasma Nutfah hewan banyak tersimpan pada hewan domestika maupun yang masih hidup liar di hutan.

D. Kegiatan Manusia yang Mempengaruhi Keanekaragaman Hayati

Aktifitas manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati. Hingga saat ini, berbagai jenis tumbuhan dan hewan terancam punah dan beberapa di antaranya telah punah.

Indonesia kehilangan beberapa satwa penting, misalnya harimau bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya, alias kemungkinan sudah punah. Hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali, dan trenggiling juga terancam punah.

Kepunahan keanekaragaman hayati diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Perusakan Habitat

Jika habitat rusak maka organisme tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.

Selain akibat aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana alam misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir.

2. Penggunaan Pestisida

Yang termasuk pestisida misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada kenyataannya menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan lainnya.

3. Pencemaran

Bahan pencemar juga dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan penting. Bahan pencemar dapat berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah tangga.

4. Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar

Tumbuhan atau hewan liar yang masuk ke ekosistem dapat berkompetisi bahkan membunuh tumbuhan dan hewan asli.

5. Penebangan

Penebangan hutan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan berbagai tumbuh-tumbuhan karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya hewan. Jadi, penebangan akan menurunkan plasma nutfah.

6. Seleksi

Secara tidak sengaja perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh, kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung, mangga manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul, misalnya mangga golek, nangka celeng.

E. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Beberapa Upaya Untuk Menjaga dan Melindungi Keanekaragaman Hayati.

· Konservasi adalah usaha pemeliharan dan perlindungan keanekaragaman hayati secara teratu untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan. Konservasi atau pelestarian dilaksanakan dengan dua cara yaitu in situ dan ek situ. Pelestarian in situ merupakan pelestarian keanekaragaman hayati di habitat aslinya, misalnya Orang Utan di Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah dan Komodo di Pulau Komodo di NTT. Sedangkan, pelestaran ek situ merupakan pelestarian yang dilakukan di luar habitat aslinya misalnya, Harimau Sumatera dan burung Jalak Bali di kebun binatang dan tanaman buah di di kebun buah Mekarsari di Jakarta.

· Rehabilitas merupakan usaha pemulihan keanekaragaman hayati yang rusak ke keadaan semula misalnya rehabilitas terumbu karang.

· Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.

· Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.

· Melarang kegiatan perburuan liar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar